BANTEN HAY-Mantan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menyebut Pemilu sudah bergeser dari gagasan ke popularitas, sehingga yang muncul hanya gombal-gombalan demokrasi.
Dalam demokrasi yang diadu, menurut Fahri Hamzah, adalah gagasan dan rakyat bukan membeli popularitas.
Fahri Hamzah menyebut popularitas itu racun dalam demokrasi, hingga singgung Lionel Messi yang mau datang bersama Argentina untuk bertanding dengan Timnas Indoneisa.
Baca Juga: Pemilu 2024 Gunakan Sistem Proporsional Tertutup atau Terbuka, Ini Perbedaan dan Kelemahannya
Kayak pemain bolak kan, sebenarnya yang seibeli, apa Ronaldo, atau siapa ini, yang mau datang si Messi, itu kan dibeli bukan karena dia popular. Popular kan belakangan setelah kualitas,” kata Fahri Hamzah dalam podcast Deddy Corbuzier, pada Rabu, 31 Mei 2023.
Ini ada oang gak berkualitas, popular. Suruh pimpin Negara rusak. Kan rusak,” kata Fahri Hamzah menambahkan.
Sampai Aldi Taher yang nyaleg di dua partai pun disinggung dalam pembicaaan Fahri Hamzah dan Deddy Corbuzier ini. “Gue gak mau nyebut yang satu itu, lu malah nyebut,” kata Fahri Hamzah tertawa.
“Disuruh bagaimana nanti bagaimana anda jadi anggota DPR, diajak berdoa orang. Doanya bagus tapi jangan Aldi Taher dong,” kata Fahri Hamzah tertawa.
Jadi menurutnya, pertarungan gagasan yang harus difasilitasi dahaulu agar tidak pindah kepada pertarungan logistik.
Menurut Fahri Hamzah, kita sudah terjebak dan tidak hanya Indonesia. Banyak demokrasi di dunia saat ini, kata dia, terpaksa migrasi pemilihannya kepada popularitas.
“Karena apa tadi, metode orang mengintroduksi diri semakin massif. Popularitas itu bisa mengalahkan gagasan, gimik-gimik cara orang makan, cara orang meanrik tiktok, kadang-kadang bisa lebih menarik dari pikirannya,” kata dia.
Pada umumnya, kata dia, manusia pada umumnya begitu dan bisa-bisa suatu bangsa tertarik dengan gimik-gimik daripada substansi.
“Itu yang akhirnya pemilu pindah dari substansi ke gimik-gimik. Nah, Negara harus tahu kelemahan masyarakat yang mengakibatkan, kita harus memfasilitasi bagaimana substansi over popularity tadi,” katanya.
“Kadang-kadang demokrasi itu dilematis. You give the power to the people, tapi the some time kadang-kadng people itu abuse the power,” katanya.