Tuberkulosis Resisten Obat, Bukan TBC Biasa

- Senin, 18 September 2023 | 13:17 WIB
ilustrasi-Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO) masih menjadi ancaman dalam pengendalian TB dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di banyak negara diantaranya Indonesia. (freepik.com)
ilustrasi-Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO) masih menjadi ancaman dalam pengendalian TB dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di banyak negara diantaranya Indonesia. (freepik.com)

Oleh: Reni Stefhanie Handayani

Mahasiswa S2 IKM UIMA-Adinkes 2022

Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO) masih menjadi ancaman dalam pengendalian TB dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di banyak negara diantaranya Indonesia.

Faktor utama terjadinya penyebab resistensi kuman terhadap OAT yang tidak adekuat atau tidak sesuai standar.

Di Indonesia estimasi TBC RO adalah 2,4 % dari seluruh pasien TB paru baru dan 13% dari pasien TB yang pernah diobati dengan total perkiraan insiden kasus TB RO sebanyak 24.000 atau 8,8/100.000 penduduk. (WHO Global TB Report 2020).

Indonesia adalah negara insiden tertinggi kedua di dunia setelah India. Komitmen global end Tuberculosis strategy menargetkan eliminasi TBC pada tahun 2030 dengan penurunan angka kejadian (incidence rate) TBC menjadi 65 per 100.000 penduduk dan penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6 per 100.000.

Strategi Nasional Penanggulangan TBC tahun 2020-2024 secara khusus menjadikan peran serta komunitas, mitra dan multi sektor lainnya sebagai salah satu strategi dari 6 strategi yang ditetapkan dalam rencana Eliminasi TBC tahun 2030.

Tuberkulosis sendiri masih memerlukan upaya yang lebih sinergis dan komprehensif dalam mengatasi tantangan yang ada, diantaranya temuan kasus yang rendah, rendahnya angka inisiasi pengobatan dan tingginya jumlah pasien putus berobat.

Peran penting berbagai elemen dalam lapisan masyarakat sangat diperlukan dalam mengatasi tantangan terkait pengendalian TB Resisten Obat tersebut. Dengan adanya dukungan manajer kasus, Pendukung Pasien dan Kader yang membantu mendampingi pasien untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan pasien TB Resisten Obat. (Juknis pendampingan TB RO, 2020).

Banyak faktor penyebab terjadinya pasien lost to follow up dan pasien yang tidak mau berobat, seperti efek samping obat, kurangnya dukungan psikososial, permasalahan ekonomi, pengobatan yang membutuhkan waktu yang lama dan masih kurangnya Komunikasi Motivasi kepada pasien oleh petugas kesehatan.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, peran tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting, oleh karena itu diperlukan upaya yang tepat untuk meningkatkan angka
keberhasilan pengobatan serta mengurangi angka mangkir pengobatan atau lost to follow up.

Provinsi Banten pada tahun 2022 dengan estimasi kasus TBC Resisten Obat sebesar 967 kasus, dengan capaian penemuan kasus sebesar 52 % kasus dari target 75% serta keberhasilan pengobatan sebesar 52% dari target 80%.

Di Kota serang kasus TBC resisten obat tahun 2021 berjumlah 11 kasus angka putus berobat/loss to follow up 3 kasus, sembuh 2 kasus. Berdasarkan hasil Survey yang dilakukan di Kota Serang masih terdapat kasus loss to follow up/mangkir dari pengobatan dan tahun 2021 mengalami peningkatan kasus loss to follow up.

Oleh karena itu, masih perlu dilakukan penjaringan kasus Terhadap Pasien TBC Resintensi Obat Di Kota Serang sebagai upaya penting dalam mencegah penyebaran kuman TBC, khususnya TBC resisten obat.

Halaman:

Editor: Asep Suryanto

Tags

Terkini

Tuberkulosis Resisten Obat, Bukan TBC Biasa

Senin, 18 September 2023 | 13:17 WIB
X